A. Tinjauan
Umum tentang Antenatal Care
1. Pengertian
ANC
Antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
yang dilakukan untuk memeriksakan keadaan ibu dan janinnya secara berkala yang
diikuti dengan pengawasan antenatal. Pengawasan antenatal memberikan manfaat
dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini
sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam
pertolongan persalinan. (Kusmiyati, 2009)
2. Tujuan
pengawasan ANC
a. Tujuan
umum
Menyiapkan
seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan,
persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat pula. (Kusmiyati, 2009)
b. Tujuan
khusus
1) Memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2) Meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
3) Mengenal
secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan
ibu agar dalam masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6) Mempersiapkan
peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh dan
berkembang secara normal. (Saifuddin, 2008)
3. Kebijakan
program dan tekhnis asuhan ANC
a. Kebijakan
program
Memeriksakan pertama kali yang ideal adalah sedini
mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan. Kunjungan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama hamil. (Kusmiyati, 2009)
1)
Satu
kali pada triwulan pertama.
2)
Satu
kali pada triwulan kedua.
3)
Dua
kali pada triwulan ketiga.
Pelayanan asuhan standar minimal termasuk “7T” yaitu
:
1) Timbang
berat badan.
2) Ukur
tekanan darah.
3) Ukur
tinggi fundus uteri.
4) Pemberian
imunisasi tetanus toxoid.
5) Pemberian
tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan.
6) Tes
terhadap penyakit menular seksual (PMS).
7)
Temu
wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifuddin, 2008)
b. Kebijakan
tekhnis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah
atau komplikasi setiap saat. Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan
meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
1) Mengupayakan
kehamilan yang sehat.
2) Melakukan
deteksi dini komplikasi, melaksanakan penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan.
3) Persiapan
persalinan yang bersih dan aman.
4) Perencanaan
antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. (Saifuddin,
2008)
4. Informasi
penting untuk setiap kunjungan ANC (Saifuddin,
2008)
a. Trimester
satu (sebelum minggu ke-14)
1) Membangun
hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan ibu hamil.
2) Mendeteksi
masalah dan menanganinya.
3) Melakukan
tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
4) Memulai
persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
5) Mendorong
perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan lain-lain).
b. Trimester
kedua (sebelum minggu ke-28)
1) Sama
pada trimester pertama.
2) Kewaspadaan
khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala pre eklampsia,
pantau tekanan darah evaluasi edema pada wajah dan tangan, periksa protein urine).
c.
Trimester
ketiga (antara minggu ke 28 - 36)
1)
Sama
pada trimester pertama dan kedua.
2)
Palpasi
abdominal untuk mengetahui ada kehamilan
ganda atau tidak .
d. Trimester
ketiga (setelah 36 minggu)
1) Sama
seperti di atas.
2) Deteksi
letak bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di
rumah sakit.
B.
Tinjauan
Umum tentang Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
1.
Pengertian
Kehamilan adalah bertemunya sel
sperma dan ovum matang di tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium.
Kehamilan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma.
(Dewi, V.N.L & Sunarsih T, 2013)
Kehamilan ektopik adalah dimana sel
telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus.
Termasuk dalam kehamilan ektopik ialah kehamilan tuba, kehamilan ovarial,
kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal, dan kehamilan abdominal primer
atau skunder. (Anita
Lockhart & Lyndon S, 2014)
Kehamilan
ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/nidasi/melekatnya buah
kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luar rongga rahim. Sedangkan
yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik
yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. (Wiknjosastro, 2009)
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan di luar kavum
uteri yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah, disertai dengan perdarahan pervaginam dan dapat membahayakan
wanita tersebut. (Prawirohardjo, 2011)
2.
Etiologi
Etiologi
kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Berikut
ini adalah beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab
kehamilan ektopik terganggu. (Anita
Lockhart & Lyndon S, 2014) :
a. Faktor
mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan
ovum yang dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain :
1) Salpingitis,
terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa tuba
dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya
silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil
zigot pada tuba fallopi.
2) Adhesi
peritubal setelah infeksi pasca abortus/infeksi pasca nifas, apendisitis, atau
endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen.
3) Kelainan
pertumbuhan tuba, terutama di vertikulum, ostium asesorius dan hipoplasi. Namun
ini jarang terjadi.
4) Bekas
operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk
memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
5) Tumor
yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada adneksia.
6) Penggunaan
IUD.
b. Faktor
fungsional
1) Migrasi
eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang abnormal.
2) Refluks
menstruasi.
3) Berubahnya
motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron.
4) Peningkatan
daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
5) Hal
lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
Tabel
2.2
Faktor
Risiko Kehamilan Ektopik
No.
|
Faktor risiko
|
Risiko (%)
|
1.
|
Risiko tinggi :
a. Rekonstruksi
tuba
b. Sterilisasi
tuba
c. Riwayat
kehamilan ektopik sebelumnya
d. Paparan
dietilstilbestrol (DES) intrauterin
e. Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
f. Patologi
tuba
|
21,0
9,3
8,3
5,6
4,2 - 45
3,8 - 21
|
2.
|
Risiko sedang :
a. Infertil
b. Riwayat
infeksi genitalia
c. Sering
berganti pasangan
|
2,5 - 21
2,5 - 3,7
2,1
|
3.
|
Risiko ringan :
a. Riwayat
operasi pelvik atau abdominal sebelumnya
b. Merokok
c. Douching
d. Koitus
sebelum 18 tahun
|
0,93 - 3,8
2,3 - 2,5
1,1 - 3,1
1,6
|
Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Hal : 202. Jakarta : PT
Bina
Pustaka.
3.
Klasifikasi
Prawirohardjo (2011)
dan Wiknjosastro (2009) masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain :
a. Kehamilan
tuba
Fertilisasi
dapat terjadi di bagian mana saja di tuba fallopi, sekitar 55% terjadi di
ampulla, 25% di ismus, 17% di fimbria. Oleh karena itu, lapisan submukosa di
tuba fallopi tipis, kemungkinan ovum yang telah dibuahi dapat segera menembus
sampai ke epitel, zigot akan segera tertanam di lapisan muskuler. Trofoblas
berproliferasi dengan cepat dan menginvasi daerah sekitarnya. Secara bersamaan,
pembuluh darah ibu terbuka menyebabkan terjadi perdarahan di ruang antara
trofoblas, atau antara trofoblas dan jaringan di bawahnya. Dinding tuba yang
menjadi tempat implantasi zigot mempunyai ketahanan yang rendah terhadap invasi
trofoblas. Embrio atau janin pada kehamilan ektopik seringkali tidak ditemukan
atau tidak berkembang.
b. Kehamilan
abdominal
Kehamilan abdominal
dapat terjadi akibat implantasi langsung hasil konsepsi di dalam kavum abdomen
yang disebut sebagai kehamilan abdominal primer, atau awalnya dari kehamilan
tuba yang ruptur dan hasil konsepsi yang terlepas selanjutnya melakukan
implantasi di kavum abdomen yang disebut sebagai kehamilan abdominal sekunder.
c. Kehamilan
ovarial
Gejala klinik
sama dengan kehamilan tuba. Kenyataannya, kehamilan ovarial seringkali
dikacaukan dengan perdarahan korpus luteum saat pembedahan, diagnosis
seringkali dibuat setelah pemeriksaan hispatologi. Kriteria diagnosis termasuk
tuba ipsilateral utuh, jelas terpisah dari ovarium, kantong gestasi berada di
ovarium, kantong kehamilan berhubungan dengan uterus melalui ligamentum
ovarium, dan jaringan ovarium di dinding kantong gestasi.
d. Kehamilan
servikal
Riwayat dilatasi
dan kuret merupakan faktor predisposisi kehamilan servika, ditemukan pada lebih
dari 2/3. Selain itu, tindakan In Vitro
Fertilization (IVF) dan riwayat seksio sesarea. Gejala yang umum ditemukan
adalah perdarahan pervagianam tanpa disertai nyeri. Pada umumnya serviks
membesar, hiperemis, atau sianosis.
Gambar
2.4 Lokasi kehamilan ektopik
4.
Patofisiologi
Proses
implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri.
Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara
kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan
telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati
secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara
dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan
dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan
pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang
sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot
tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya
tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding
tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. (Wiknjosastro,
2009)
Di
bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi
dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah
menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel
membesar, nukleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler.
Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel
luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang
ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi
Arias-Stella. (Wiknjosastro,
2009)
Karena tuba bukan tempat untuk
pertumbuhan hasil kosepsi tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam
uterus. Sebagian
besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 - 10 minggu. (Anita
Lockhart & Lyndon S, 2014)
Mengenai nasib kehamilan tuba
terdapat beberapa kemungkinan,
yaitu :
yaitu :
a. Hasil konsepsi mati dan direabsorbsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat
mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi reabsorbsi total. Dalam
keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya terlambat untuk
beberapa hari.
b.
Abortus
ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena
pembukaan pembuluh darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat
implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut sama-sama dengan
robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya
tergantung pada derajat perdarahan perdarahan yang timbul.
c.
Ruptur
dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi
pada ismus dan biasanya ada kehamilan muda, sebaiknya ruptur pada pars
interstisialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang
menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis
tuba terus ke perineum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma
ringan seperti coitus dan pemeriksaan vaginal. (Prawirohardjo, 2011)
5.
Gambaran klinik
a.
Kehamilan ektopik belum terganggu
1)
Kehamilan
ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya penderita tidak menyampaikan
keluhan yang khas.
2)
Biasanya
amenorea atau gangguan haid, mual dan muntah.
3)
Nyeri
perut bagian bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami
ruptur.
4)
Kadang-kadang
teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan
b.
Kehamilan ektopik terganggu
1)
Ruptur
tuba akan menimbulkan nyeri abdomen yang hebat dan mendadak dengan penyebaran
rasa nyeri ke bagian bahu ketika rongga abdomen terisi darah.
2)
Rasa
nyeri yang hebat ketika serviks digerakkan dan adneksa dipalpasi pada saat
melakukan vaginal toucher (VT).
3)
Uterus
yang teraba lembek dan terasa nyeri ketika ditekan.
4)
Tekanan
pada rektum jika darah berkumpul dalam kavum Douglasi.
5)
Sinkop.
6)
Nausea
dan vomitus.
7) Syok dan perdarahan yang hebat. (Anita
L & Lyndon S, 2014)
6.
Pemeriksaan diagnostik
Gejala-gejala
kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis
kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya pada kasus-kasus kehamilan
ektopik yang belum mengalami atau ruptur pada dinding tuba sulit untuk dibuat diagnosis.
Berikut
ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan ektopik. (Anita
Lockhart & Lyndon S, 2014)
a. HCG-β
Pengukuran sub unit beta dari Human Chorionic
Gonadotropin-Beta (HCG-β) merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis.
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara kehamilan intrauterin dengan kehamilan
ektopik.
Berikut
ini adalah tabel untuk membedakan antara kehamilan intrauterin dan
ekstrauterin/ektopik.
Tabel 2.3
Perbedaan Janin
Intrauteri dan Ekstrauteri
No.
|
Intrauteri
|
Ekstrauteri
|
1.
|
Ibu tidak merasakan
nyeri jika ada pergerakkan janin.
|
Pergerakkan janin
dirasa nyeri sekali.
|
2.
|
Janin tidak begitu
mudah diraba.
|
Janin lebih mudah
diraba.
|
3.
|
Ada kemajuan dalam
persalinan :
a. Pembukaan;
b. Frekuensi
dan lamanya kontraksi uterus bertambah seiring dengan berjalannya waktu
persalinan;
c. Penurunan
kepala janin bertambah.
|
Tidak ada kemajuan
dalam persalinan.
|
Sumber :
Anita Lockhart & Lyndon, S. 2014. Asuhan Kebidanan : Kebidanan Patologi.
Hal : 49.
Tangerang Selatan : Binarupa Aksara Publisher.
b. Kuldosintesis
Tindakan
kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya darah yang diisap berwarna hitam
(darah tua) biar pun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum Douglasi.
c. Dilatasi
dan kuretase
Biasanya
kuretase dilakukan apabila sesudah amenore terjadi perdarahan yang cukup lama
tanpa menemukan kelainan yang nyata di samping uterus.
d. Laparaskopi
Laparaskopi
hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir apabila hasil-hasil
penilaian prosedur diagnostik lain untuk kehamilan ektopik terganggu meragukan.
Namun beberapa dekade terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.
e. Ultrasonografi
Keunggulan
cara pemerikssan ini terhadap laparoskopi ialah tidak invasif, artinya tidak
perlu memasukkan rongga dalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong
atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan apakah
kavum Douglas berisi cairan.
f. Tes
oksitosin
Pemberian
oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya kehamilan
ektopik lanjut. Dengan pemeriksaan bimanual, di luar kantong janin dapat diraba
suatu tumor.
g. Foto
rontgen
Tampak
kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada foto
lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra ibu.
h. Histerosalpingografi
Memberikan
gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin diluar
uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganggu
sudah dipastikan dengan Ultra Sono Graphy (USG) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri
abdomen, perdarahan vagina abnormal, dan amenore.
7.
Penatalaksanaan
a. Pembedahan
laparoskopik untuk mengangkat tuba yang ruptur (salpingektomi); jika terdapat
kehamilan ovarium dilakukan ooferoktomi.
b. Insisi
ke dalam tuba untuk mengeluarkan hasil kehamilan (salpingostomi).
c. Metotreksat
diberikan untuk menghentikan pembelahan embrio.
d. Tindakan
lanjut memantau kadar hCG dilakukan dengan cermat sampai hormon ini tidak lagi
terlihat.
e. Terapi
suportif yang meliputi transfusi whole
blood atau packed red cell untuk
mengganti kehilangan darah yang berlebihan, pemberian antibiotik IV yang
berspektrum luas untuk mengatasi sepsis, pemberian suplemen besi (yang bisa per
oral atau melalui suntikan IM) dan penerapan diet tinggi-protein.
f. Dukungan
emosional bagi orang tua yang merasa sedih akibat kehilangan bayinya. (Anita
Lockhart & Lyndon S, 2014)
8.
Komplikasi
Komplikasi
yang mungkin terjadi akibat kehamilan ektopik terganggu adalah :
a. Ruptur
tuba fallopi akan menyebabkan komplikasi yang dapat membawa kematian;
komplikasi tersebut meliputi perdarahan, syok dan peritonitis.
b.
Infertilitas akan terjadi jika uterus
atau kedua belah tuba fallopi atau kedua belah ovarium diangkat. (Anita Lockhart & Lyndon S, 2014)
STUDI
KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN ANTENATAL CARE PADA NY. “N” GESTASI 8 MINGGU 3 HARI DENGAN KEHAMILAN
EKTOPIK TERGANGGU
DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LABUANG BAJI MAKASSAR TANGGAL 26 - 27 SEPTEMBER 2014
Nomor register : 023078
Tanggal masuk RS : 26 September 2014, jam 07.15 WITA
Tanggal pengkajian : 26 September 2014, jam 08.30 WITA
Nama pengkaji : Wa Ode Fatmawati
A.
Langkah
I : Identifikasi Data Dasar
1. Identitas
ibu/suami
Nama
ibu/suami : Ny. “N”/ Tn. “I”
Umur
: 29 tahun / 32
tahun
Nikah/lamanya
: 1 kali / ± 2 tahun
Suku
: Bugis / Makassar
Agama
: Islam / Islam
Pendidikan :
SMK / STM
Pekerjaan
: IRT / tukang kayu
Alamat
: Antang
2. Data
biologis atau fisiologis
a. Keluhan
utama
Keluar
darah dan jaringan dari jalan lahir.
b. Riwayat
keluhan utama
Ibu
mengatakan keluhan dirasakan sejak usia kehamilan ± 7 minggu. Pada waktu itu
ibu dianjurkan untuk istrahat yang cukup dan agar mengonsusmsi makanan dengan
gizi seimbang oleh dokter di Puskesmas Antang. Untuk mengurangi perdarahan, ibu
diberi obat Asam Traneksamat. Awalnya keluhan yang dirasakan mulai berkurang.
Dan pada akhirnya pada tanggal 26 September 2014 sekitar pukul 05.00 WITA,
keluhan kembali dirasakan yaitu keluar darah sedikit-sedikit dan jaringan dari
jalan lahir. Karena perdarahan tidak kunjung berhenti dan keluarga mulai panik,
akhirnya pada pukul 07.15 WITA, ibu dibawa ke RSUD Labuang Baji Makassar. Dan
pada saat dilakukan pengkajian pukul 08.30 WITA, tampak keluar darah sedikit
dan jaringan dari jalan lahir. Keluhan lain yang menyertai yaitu nyeri perut
bagian bawah. Keluarnya darah dan nyeri yang dirasakan bertambah saat ibu
banyak bergerak. Nyeri yang dirasakan hilang timbul dan sangat mengganggu
aktivitas ibu.
3. Riwayat
kesehatan yang lalu
a. Ibu
pernah satu kali mengalami abortus.
b. Ibu
mengatakan saluran tubanya bermasalah dan sudah dilakukan tubektomi bagian
kanan.
c. Ibu
sering mengalami keputihan.
d. Ada
riwayat opname dan tidak pernah mengalami penyakit jantung, hipertensi kronis, Tuberculosis
(TBC) dan Diabtes Mellitus (DM).
e. Tidak
ada riwayat transfusi darah.
f. Tidak
ada riwayat alergi obat-obatan, makanan maupun minuman.
g. Tidak
ada riwayat ketergantungan obat-obatan, rokok dan alkohol.
4. Riwayat
reproduksi
a. Riwayat
haid
1) Menarche :
13 tahun
2) Siklus
haid : 28 - 30 hari
3) Lama
haid : 3 - 7 hari
4) Perlangsungan
haid : teratur, tidak ada dismenorhea
b. Riwayat
perkawinan
Ibu
mengatakan baru menikah 1 kali pada umur 27 tahun dan suami umur 30 tahun
dengan lama perkawinan ± 2 tahun.
c. Riwayat
keluarga berencana (KB)
Ibu
tidak pernah memakai alat kontrasepsi apapun sebab ingin segera memiliki
keturunan.
5. Riwayat
kehamilan sekarang
a. GII
P0 AI
b. HPHT
: tanggal 30 Juli 2014
c. HTP : tanggal 6 Oktober 2015
d. ANC
: 1 kali di dokter spesialis
obgyn
e. Ibu
mengatakan ini adalah kehamilan yang kedua.
f. Ibu
mengatakan umur kehamilannya sudah 2 bulan.
g. Ibu
belum mendapat imunisasi TT.
h. Ibu
tidak merasakan pergerakan janinnya.
i. Ibu
tidak pernah minum jamu atau obat-obatan selama hamil.
6. Riwayat
psikososial, ekonomi dan spiritual
a. Ibu
mengatakan cemas dengan kehamilannya saat ini.
b. Ibu
mengatakan kehamilan ini direncanakan oleh ibu dan suami.
c. Ibu
mengatakan jenis kelamin yang diharapakan laki-laki atau perempuan itu sama
saja.
d. Ibu
mengatakan mendapatkan dukungan dari keluarga dan suami.
e. Hubungan
ibu dengan keluarga dan petugas baik.
f. Biaya
kebutuhan sehari-hari dalam keluarga mencukupi.
g. Ibu
dan keluarga taat beribadah, rajin berdoa agar keadaannya cepat membaik dan
keluar dari rumah sakit.
7. Pola
pemenuhan kebutuhan dasar
a. Kebutuhan
nutrisi
1) Sebelum
hamil
a) Pola
makan : nasi,
sayur dan lauk pauk
b) Frekuensi
makan : 2 x sehari
c) Kebutuhan
cairan/minuman : 7 - 8 gelas sehari
d) Nafsu
makan : baik
e) Tidak
ada makanan pantangan
2) Selama
hamil
a) Pola
makan : nasi,
sayur dan lauk pauk
b) Frekuensi
makan : 3 x sehari
c) Kebutuhan
cairan/minuman : 7 - 8 gelas sehari
d) Nafsu
makan : cukup baik
e) Tidak
ada makanan pantangan
b. Kebutuhan
eliminasi BAB dan BAK
1) Sebelum
hamil
a) Frekuensi
BAK : 3 - 4 x sehari
b) Warna
: kuning
c) Bau
: amoniak
d) Frekuensi
BAB : 2 x sehari
e) Konsistensi
: lembek
2) Selama
hamil
a) Frekuensi
BAK : 6 - 7 x sehari
b) Warna
: kuning
c) Bau
: amoniak
d) Frekuensi
BAB : 1 x sehari
e) Konsistensi
: lembek
c. Pola
aktivitas
1) Sebelum
hamil
Ibu melakukan pekerjaan ibu rumah
tangga seperti memasak, menyapu, mencuci pakaian, dan mencuci piring sendiri.
2) Selama
hamil
Ibu melakukan pekerjaan ibu rumah
tangga seperti memasak, menyapu, mencuci pakaian, dan mencuci piring sendiri,
dan kadang-kadang dibantu oleh suami jika telah pulang dari bekerja.
d. Kebutuhan
istrahat/tidur
1) Sebelum
hamil
a) Ibu
tidur malam ± 7 - 8 jam.
b) Ibu
tidak pernah tidur siang karena mengurus urusan rumah tangga.
2) Selama
hamil
a) Ibu
tidur malam ± 7 - 8 jam.
b) Ibu
tidur siang ± 1 - 2 jam.
e. Kebutuhan
personal hygiene
1) Sebelum
hamil
a) Ibu
mandi 2 kali sehari.
b) Keramas
3 kali dalam seminggu.
c) Gosok
gigi 2 kali sehari.
d) Mengganti
pakaian 2 kali sehari.
2) Selama
hamil
a) Ibu
mandi 2 kali sehari.
b) Keramas
3 kali dalam seminggu.
c) Gosok
gigi 2 kali sehari.
d) Mengganti
pakaian 2 kali sehari.
8. Pemeriksaan
fisik
a. Pemeriksaan
umum
1) Keadaan
umum :
baik
2) Kesadaran
: composmentis
3) Tinggi
badan : 157 cm
4) BB
sebelum hamil : 54 kg
5) BB
sekarang : 55 kg
6) LILA : 23 cm
7) Tanda-tanda
vital
a) Tekanan
darah : 110/70 mmHg
b) Nadi
: 80 x/menit
c) Suhu
badan :
36,70C
d) Pernafasan
:
20 x/menit
b. Pemeriksaan
sistematis (head to toe)
1) Kepala
dan wajah
a) Inspeksi
(1) Rambut
tampak panjang dan hitam.
(2) Rambut
bersih dan tidak berketombe.
(3) Bentuk
kepala mesocepal atau normal.
(4) Tidak
ada chloasma gravidarum pada wajah.
(5) Wajah
tampak pucat.
(6) Ekspresi
wajah meringis.
(7) Ekspresi
wajah tegang dan klien tampak cemas.
b) Palpasi
(1) Rambut
tidak tidak mudah rontok.
(2) Rambut
teraba halus.
(3) Tidak
ada tumor atau benjolan pada kepala.
2) Mata
a) Inspeksi
(1) Simetris
kiri-kanan.
(2) Konjungtiva
tampak pucat.
(3) Sklera
putih.
(4) Tidak
ada kelainan bentuk pada mata.
(5) Tidak
ada penyakit pada mata.
b) Palpasi
(1) Tidak
ada massa pada kedua mata.
(2) Tidak
ada edema pada palpebra.
3) Hidung
a) Inspeksi
(1) Kedua
lubang hidung simetris.
(2) Tidak
ada gangguan penciuman.
(3) Hidung
bersih dan tidak ada polip.
(4) Tidak
ada penyakit pada hidung seperti sinusitis.
b) Palpasi
: tidak ada massa pada hidung.
4) Telinga
a) Inspeksi
(1) Tidak
ada serumen.
(2) Tidak
ada kelainan atau penyakit pada telinga.
(3) Tidak
ada gangguan pendengaran.
b) Palpasi
(1) Bentuk
simetris kiri-kanan.
(2) Tidak
teraba adanya massa.
5) Mulut
Inspeksi :
a) Bibir
tampak pucat.
b) Tidak
ada stomatch pada bibir.
c) Lidah
tampak bersih.
d) Tidak
ada karies dentis pada gigi.
e) Tidak
ada kelainan.
6) Leher
a) Inspeksi
(1) Tidak
ada pembesaran pada kelenjar tyroid.
(2) Tidak
ada edema.
(3) Tidak
ada kelainan.
b) Palpasi
(1) Tidak
ada pembesaran kelenjar limfe.
(2) Tidak
ada peningkatan tekanan vena jugularis.
(3) Tidak
teraba adanya massa.
7) Dada
dan axilla
a) Inspeksi
(1) Mammae
tampak simetris kiri dan kanan.
(2) Mammae
membesar normal.
(3) Tidak
ada benjolan pada mammae.
(4) Tampak
adanya hyperpigmentasi pada areola.
(5) Putting
susu datar dan belum ada pengeluaran kolostrum.
b) Palpasi
(1) Tidak
teraba adanya massa atau benjolan pada dada dan axilla.
(2) Tidak
ada pemebesaran kelenjar limfe pada axilla.
c) Perkusi
: terdengar bunyi sonor saat perkusi.
d) Auskultasi
(1) Bunyi
nafas vesikuler atau normal.
(2) Tidak
ada bunyi nafas tambahan.
(3)
Tidak dilakukan pemeriksaan pada bunyi
jantung.
8) Pemeriksaan
obstetri
a) Abdomen
(1) Inspeksi
(a) Abdomen
membesar normal.
(b) Tampak
linea alba maupun nigra.
(c) Tampak
ada striae albican maupun livide.
(d) Tampak
ada luka bekas operasi pada abdomen.
(e) Tidak
ada kelainan pada abdomen.
(2) Palpasi
(a) Uterus
teraba keras.
(b) Nyeri
tekan pada daerah simphysis.
(c) Tidak
ada pergerakkan janin.
(d) Leupold
I : TFU 1 jari di atas simfisis pubis.
(e) Leupold
II : tidak dilakukan.
(f) Leupold
III : tidak dilakukan.
(g) Leupold
IV : tidak dilakukan.
(3) Auskultasi
: tidak terdengar denyut jantung janin (DJJ).
b) Vulva/vagina
(1) Inspeksi
(a) Tidak
ada varices dan penonjolan pada vulva.
(b) Tidak
ada luka pada perineum.
(c) Ada
pengeluaran darah dan stolsel pervaginam.
(2) Palpasi
(a) VT
: portio teraba lunak.
(b) Tidak
ada haemoroid.
9) Ekstremitas
a) Ekstremitas
atas
(1) Inspeksi
(a) Tidak
ada edema.
(b) Kuku
pendek dan bersih.
(c) Tampak
terpasang RL 28 tetes/menit pada lengan kiri.
(2) Palpasi
(a) Tonus
otot baik.
(b) Tidak
teraba adanya massa.
(c) Tidak
ada kelainan.
b) Ekstremitas
bawah
(1) Inspeksi
(a) Tidak
ada edema.
(b) Tidak
ada varises.
(2) Palpasi
(a) Tidak
teraba adanya massa pada kedua tungkai.
(b) Tonus
otot baik.
(c) Tidak
ada kelainan.
(3) Perkusi
: reflex patella pada kedua lutut positif.
c. Pemeriksaan
penunjang
1) Pemeriksaan
laboratorium
Tanggal 26 September 2014,
Laboratorium RSUD Labuang Baji Makassar
a) Hb
: 13,4 gr%
b) Leukocyte
: 9800/ul
c) Trombosit
: 255.000/ul
2) Pemeriksaan
Ultrasonografi (USG)
Tanggal 26 September 2014, Laboratorium
RSUD Labuang Baji Makassar
a) Terlihat
kantong kehamilan di luar uterus.
b)
Kesan : Kehamilan Ektopik Terganggu pada
tuba fallopi.
B.
Langkah
II : Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual
Diagnosa : GII
P0 AI umur 29 tahun gestasi 8 minggu 3 hari dengan
kehamilan
ektopik terganggu dan masalah nyeri pada perut bagian bawah disertai kecemasan.
1. GII
P0 AI
a. Data
subjektif
1) Ibu
mengatakan ini adalah kehamilan yang kedua.
2) Ibu
mengatakan pernah mengalami keguguran.
3) HPHT
tanggal 30 Juli 2014.
4) Ibu
mengatakan sering berkemih.
b. Data
objektif
1) Tampak
linea alba maupun nigra.
2) Tampak
ada striae albican maupun livide.
3) Tampak
hyperpigmentasi pada areola.
4) Uterus
teraba keras.
5) Pada
VT portio teraba lunak.
Analisa
dan interpretasi data
Pada kehamilan uterus
tumbuh secara teratur, kecuali jika ada gangguan pada kehamilan tersebut. Pada
kehamilan 12 samapi 15 minggu fundus uteri telah dapat diraba dari luar atau
diatas sympisis. Pada umur kehamilan 16 minggu uterus kira-kira sebesar kepala
bayi atau tinju orang dewasa. Pada perut tampak garis memanjang yang warnanya
agak coklat akibat hyperpigmentasi
kulit dibawa pengaruh hormon Melanophore
Stimulation Hormon (MSH) yang disebut linea
nigra.
2. Gestasi
8 minggu 3 hari
a. Data
subjektif
1) Ibu
mengatakan umur kehamilannya sudah 2 bulan.
2) HPHT
pada tanggal 30 Juli 2014.
3) Ibu
belum merasakan adanya pergerakkan janin.
4) Ibu
sering berkemih.
c. Data
objektif
1) Tinggi
fundus uteri 1 jari di atas simphysis.
2) HTP
tanggal 6 Oktober 2015.
3) Tanggal
pengkajian 26 September 2014.
4) Uterus
teraba keras.
5) Pada
VT portio teraba lunak.
Analisa
dan interpretasi data
Dari HPHT tanggal 30
Juli 2014 sampai tanggal pengkajian 26 September 2014, jika dihitung dengan
menggunakan rumus Naegle, maka umur
kehamilan sekarang adalah 8 minggu 3 hari.
3. Kehamilan
ektopik terganggu
a. Data
subjektif
1) Ibu
mengatakan mengeluarkan flek-flek darah dan jaringan dari jalan lahir dan perut
bagian bawa terasa nyeri.
2) Keluar
darah sedikit-sedikit dirasakan sejak usia kehamilan ± 7 minggu.
3) Ibu
mengatakan pernah mengalami abortus 1 kali.
4) Ibu
mengatakan tidak pernah merasakan pergerakkan janinnya selama hamil.
b. Data
objektif
1) Ada
pengeluaran darah dan stolsel pervaginam.
2) Pada
VT portio teraba lunak.
3) Pada
pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
terlihat kantong kehamilan di luar uterus dan konsepsi pada tuba fallopi.
4) Tanda-tanda
vital :
a) TD
: 110/70 mmHg
b) Nadi
: 80 x/menit
c) Suhu
: 36,7ºC
d) Respirasi
: 20 x/menit
Analisa dan
interpretasi data
Kehamilan ektopik
adalah kehamilan yang tempat implantasi atau nidasi/melekatnya buah kehamilan
di luar tempat yang normal, yakni di luar rongga rahim. Sedangkan yang disebut
sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami
abortus ruptur pada dinding tuba. Adanya pengeluaran darah pervaginam, nyeri perut bagian bawah, dan nyeri tekan pada uterus
pada saat VT serta portio teraba
lunak, menunjukan bahwa telah terjadi ruptur tuba yang diakibatkan oleh
pertumbuhan janin yang tidak dapat lagi ditoleransi oleh tuba.
4. Nyeri
pada perut bagian bawah
a. Data
subjektif
1) Ibu
mengatakan mengeluarkan flek-flek darah dan jaringan dari jalan lahir dan perut
bagian bawa terasa nyeri.
2) Keluhan
yang dirasakan mengganggu aktivitas ibu.
3) Nyeri
bertambah pada saat ibu banyak bergerak.
4) Nyeri
yang dirasakan hilang timbul.
b. Data
objektif
1) Nyeri
tekan pada daerah simphysis.
2) Ekpresi
wajah tampak meringis.
3) Ibu
tampak hati-hati saat bergerak.
4) Wajah
tampak tegang.
Analisa
dan interpretasi data
Terjadinya perdarahan
akibat ruptur tuba mengakibatkan darah dan stolsel
yang berasal dari tuba fallopi merembes di dalam rongga uterus. Sehingga uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan darah dan stolsel
itu dan terjadilah perdarahan pervaginam.
Nyeri juga dapat disebabkan oleh adanya rangsangan terhadap nociceptor pain atau saraf sensorik
nyeri yang terdapat pada tuba fallopi.
5. Kecemasan
a. Data
subjektif
1) Ibu
mengatakan cemas dengan kondisinya saat ini.
2) Ibu
mengatakan kehamilan ini direncanakan oleh ibu dan suami.
3) Hubungan
ibu dengan keluarga dan petugas baik.
4) Ibu
mengatakan ingin segera memiliki anak dari keahamilannya sekarang.
b. Data
objektif
1) Ekspresi
wajah tampak tegang.
2) Ekspresi
wajah meringis.
3) Ibu
tampak cemas.
4) Tanda-tanda
vital :
a) TD
: 110/70 mmHg
b) Nadi
: 80 x/menit
c) Suhu
: 36,7ºC
d) Respirasi
: 20 x/menit
Analisa dan
interpretasi data
Ibu
pernah mengalami abortus pada kehamilan pertamanya dan hampir dipastikan akan
kembali mengalami kegagalan pada kehamilan keduanya. Keadaan yang dirasakan ibu
tersebut menjadi stressor yang
mempengaruhi saraf sympatis sehingga
merangsang hypothalamus untuk
melepaskan norephinefrin yang bekerja
pada adrenergik pada bagian sel-sel efektor sehingga meningkatkan
hormon-hormon korteks adrenal, yang menimbulkan kekhawatiran yang diekspresikan
dengan perasaan cemas.
C.
Langkah
III : Merumuskan Diagnosa/Masalah
Potensial
Diagnosa : potensial terjadinya syok
hipovolemik.
1. Data
subjektif
a. Ibu
mengatakan mengeluarkan flek-flek darah dan jaringan dari jalan lahir.
b. Keluhan
lain yang menyertai adalah nyeri
c. Nyeri
yang dirasakan sejak ± 7 minggu usia kehamilan.
d. Perdarahan
bertambah ketika ibu banyak bergerak.
2. Data
objektif
a. Ada
pengeluaran darah dan stolsel pervaginam.
b. Uterus
teraba keras.
c. Pada
VT portio lunak.
d. Konjungtiva
anemis.
e. Tanda-tanda
vital :
1) TD
: 110/70 mmHg
2) Nadi
: 80 x/menit
3) Suhu
: 36,7ºC
4) Respirasi
: 20 x/menit
Analisa
dan interpretasi data
Perdarahan
yang terus menerus atau intermiten akan menyebabkan ibu banyak kehilangan darah.
Sehingga jika tidak ada penanganan yang cepat dan tepat, maka tubuh akan
kehilangan plasma dan sel-sel darah dalam jumlah yang besar. Dan hal itu dapat
mengakibatkan syok hipovolemik yang dapat mengancam nyawa atau menyebabkan
kematian. Kematian dapat terjadi karena kurangnya suplay darah atau oksigen (O2)
pada seluruh sel dalam tubuh terutama sel-sel pada organ vital seperti otak dan
jantung.
D.
Langkah
IV : Tindakan Segera dan Kolaborasi Asuhan Kebidanan
1. Penatalaksanaan
pemberian cairan melalui intra vena RL (Ringer
Laktat) 28 tetes/menit.
2. Kolaborasi
dengan dokter untuk penatalaksanaan pemberian obat Cefotaxime 1 gr IV, Ranitidin 50 mg (2 ml) IV,
Asam traneksamat 3 x 1 IV, dan Ketorolac 4 x 1 IV.
3. Hasil
pemeriksaan Ultrasonografi (USG) terlihat
kantong kehamilan di luar uterus dengan kesan : Kehamilan Ektopik Terganggu
pada tuba fallopi.
4. Rencana
operasi pada tanggal 27 September 2014 jam 11.50 WITA dengan jenis operasi
yaitu Salpingektomi.
E.
Langkah
V : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Tanggal 26 September
2014 jam 11.20 WITA
1. Tujuan
a. Kehamilan
ektopik terganggu dapat teratasi.
b. Perdarahan
pervaginam berhenti atau berkurang.
c. Potensial
terjadinya syok hipovolemik dapat dicegah.
d. Nyeri
perut pada bagian bawah dapat teratasi atau berkurang.
e. Kecemasan
berkurang atau hilang.
2. Kriteria
a. Keadaan
umum ibu baik.
b. Tidak
ada tanda-tanda syok seperti nadi lemah dan cepat, akral dingin, dan CRT > 2
detik.
c. Tanda-tanda
vital dalam batas normal :
1) Tekanan
darah :
systole : 90 - 120 mmHg dan dyastole
: 60 – 90
mmHg.
2) Nadi
: 60 - 100 x/menit.
3) Suhu
tubuh : 36,5oC - 37oC.
4) Pernapasan
: 16 - 24 x/menit.
d. Tidak
ada nyeri tekan pada uterus saat perabaan.
e. Ibu
tampak relaksasi.
f. Ekspresi
wajah tenang.
g. Ibu
tidak lagi bertanya tentang kondisi kehamilannya.
h. Ibu
mengerti dan menerima keadaannya.
3. Rencana
tindakan
Tanggal
26 September 2014 jam
11.20 WITA
a. Observasi
perdarahan pervaginam setiap 8 jam.
Rasional : Perdarahan pervaginam yang intermiten
atau terus-menerus
dapat menjadi penyebab
utama terjadinya syok hipovolemik.
Sehingga dengan observasi yang rutin, kemungkinan terjadinya syok dapat dicegah
dengan tindakan segera.
b. Observasi
keadaan ibu dan vital sign setiap 8
jam.
Rasional : Tanda-tanda vital dapat memberikan
informasi
berhubungan dengan
keadaan umum ibu. Tiap perubahan pada tanda-tanda vital merupakan tanda adanya
perubahan atau penurunan kondisi pada ibu. Peningkatan suhu tubuh menunjukan
adanya reaksi infeksi. Nadi yang lemah dan cepat, pernapasan yang cepat dan
dangkal atau tekanan darah yang menurun dapat menjadi tanda adanya syok hipovolemik.
c. Kaji
adanya tanda-tanda syok hipovolemik.
Rasional : Syok hipovolemik dapat dinilai dengan cara
melihat tanda
dan gejala seperti
konjungtiva anemis, sklera ikterus, mata cekung ke dalam, bibir pucat, akral
dingin, dan Caphilery Revile Time
(CRT) lebih dari 2 detik. Penilaian yang cepat dan tepat dapat memberikan
kesempatan pada kita untuk melakukan tindakan pencegahan dengan maksimal.
d. Catat
karakteristik nyeri.
Rasional : Karakteristik nyeri meliputi sifat,
lokasi, intensitas, skala,
dan penyebaran nyeri
adalah informasi awal untuk menentukan tingkat nyeri yang dirasakan ibu.
e. Ajarkan
tekhnik relaksasi dan atau nafas dalam.
Rasional : Tekhnik relaksasi dan atau nafas dalam
adalah cara yang
efektif untuk
mengendalikan nyeri sehingga ibu dapat mengontrol nyeri yang dirasakan secara
mandiri.
f. Ciptakan
lingkungan dengan suasana tenang dan berikan dukungan emosional kepada ibu.
Rasional : Suasana yang tenang dapat memberikan kesempatan
pada
ibu untuk merenung dan
berfikir sehingga mampu beradaptasi dengan stressor
yang ada dan mampu keluar dari masalah yang tengah dihadapi.
g. Beritahu
ibu tentang kondisi kehamilannya saat ini.
Rasional : Ibu tidak akan bertanya-tanya lagi setelah
mengetahui
bahwa
ia mengalami kehamilan ektopik terganggu dan kehamilannya harus segera
diakhiri.
h. Beritahu
ibu tentang rencana tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
Rasional : Ibu perlu mengetahui risiko dan dampak
dari tindakan
pembedahan yang akan
dilakukan. Jika dilakukan Salpingektomi,
maka peluang untuk terjadinya kehamilan sangat sedikit. Atau bahkan tidak akan
terjadi lagi fertilisasi karena saluran tuba telah dipotong.
i. Anjurkan
pada ibu untuk bed rest total.
Rasional : Membatasi aktivitas fisik dengan istrahat
total di atas
tempat tidur dapat
mengurangi kontraksi uterus sehingga perdarahan dapat sedikit diminimalisir.
j. Anjurkan
pada ibu dan suami untuk mengungkapkan perasaan khawatir, kehilangan, dan
kesedihan yang dirasakan.
Rasional : Dengan mengungkapkan segala perasaan dan
kesedihan
yang dirasakan, maka
semua tekanan emosional dapat tercurahkan seketika. Dan dengan demikian ibu dan
suami dapat menerima segala apa yang terjadi terhadap kondisi kehamilannya.
k. Penatalaksanaan
pemberian terapi cairan intravena.
Rasional : Untuk mengganti cairan yang hilang melalui
perdarahan
pervaginam.
l. Penatalaksanaan
terapi dokter spesialis obstetri dan ginekologi seperti pemberian obat analgetik,
antibiotik, dan anti perdarahan.
Rasional : Analgetik seperti Ketorolac dapat menurunkan nyeri yang
dirasakan
dengan cara memblok saraf penghantar nyeri sehingga tidak sampai pada korteks cerebri. Antibiotik seperti cefotaxim diberikan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya infeksi pre
operasi maupun post operasi. Anti
perdarahan seperti asam traneksamat
diberikan untuk mengurangi kontraksi uterus yang berlebihan.
m. Informasikan
pada ibu tentang hasil pemeriksaannya.
Rasional : Informasi yang jelas berupa hasil
pemeriksaan laboratorim
maupun
radiologi yang disampaikan dengan baik dalam suasana tenang dapat memberikan
kesempatan pada ibu untuk beradaptasi terhadap stressor yang ada sehingga ibu dapat terhindar dari stres yang
berkepanjangan.
F.
Langkah
VI : Implementasi Asuhan Kebidanan
Tanggal
26 September 2014 jam 11.20
WITA
1. Mengobservasi
perdarahan pervaginam setiap 8 jam.
Hasil : Tampak ada pengeluaran flek-flek darah
pervaginam yang
intermiten.
2. Mengobservasi
keadaan ibu dan vital sign setiap 8
jam.
Hasil : TD :
110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7ºC
P : 20 x/menit
3. Mengkaji
adanya tanda-tanda syok hipovolemik.
Hasil : Tidak ada tanda-tanda awal syok hipovolemik
seperti nadi cepat
dan lemah, akral
dingin, dan CRT > 2 detik.
4. Mencatat
karakteristik nyeri.
Hasil : Nyeri tekan pada uterus saat perabaan dan
ibu mengatakan nyeri
pada
perut bagian bawah tembus ke belakang.
5. Mengajarkan tekhnik relaksasi dan atau nafas
dalam.
Hasil : Ibu mau melakukan tekhnik relaksasi dan
nafas dalam yang
diajarkan.
6. Menciptakan
lingkungan dengan suasana rilaks serta tenang dan berikan dukungan emosional
kepada ibu.
Hasil : Kondisi ruangan atau lingkungan tampak
tenang dan ibu mulai
kelihatan
rilaks karena selalu didampingi oleh suami dan keluarga.
7. Memberitahu
ibu tentang kondisi kehamilannya.
Hasil : Ibu mengerti bahwa ia mengalami kehamilan
ektopik terganggu
dan bersedia
mengakhiri kehamilannya.
8. Memberitahu
ibu tentang rencana tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
Hasil : Ibu mengerti dan siap dengan segala
risiko yang dipilih.
9. Menganjurkan
pada ibu untuk bed rest total.
Hasil : Ibu mau mengikuti dan tampak berbaring di
atas tempat tidur
dalam posisi
terlentang.
10. Menganjurkan
pada ibu dan suami untuk mengungkapkan perasaan khawatir, kehilangan, dan
kesedihan yang dirasakan.
Hasil : Ibu tampak bersedih dan meneteskan air
mata saat bercerita
tentang
kehamilan pertamanya yang keguguran. Dan ingin sekali memiliki anak dari
kehamilan yang keduanya.
11. Penatalaksanaan
pemberian terapi cairan intravena.
Hasil : Tampak terpasang infus dengan cairan RL (Ringer Laktat) 28
tetes/menit.
12. Penatalaksanaan
terapi dokter spesialis obstetri dan ginekologi seperti pemberian obat analgetik, antibiotik, dan anti perdarahan.
Hasil : Cefotaxime
1 gr IV, Ranitidin 50 mg (2 ml) IV, Asam
traneksamat
3 x 1 IV, dan Ketorolac 4 x 1 IV.
13. Menginformasikan
pada ibu tentang hasil pemeriksaannya.
Hasil : Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
dan bersedia bekerja
sama terhadap tindakan yang akan
diberikan.
G.
Langkah
VII : Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan
Tanggal 26 September
2014 jam
13.40 WITA
1. Kehamilan
ektopik terganggu belum teratasi ditandai dengan :
a. Ibu
mengatakan masih ada darah yang keluar dari jalan lahir.
b. Tampak
terpasang pembalut pada vulva.
c. Hasil
pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
terlihat kantong kehamilan di luar uterus dengan kesan : Kehamilan Ektopik
Terganggu pada tuba fallopi.
2. Nyeri
belum teratasi ditandai dengan :
a. Ibu
mengatakan masih nyeri pada perut bagian bawah
b. Ekspresi
wajah tampak meringis.
c. Ibu
tampak terbaring di atas tempat tidur.
d. Ibu
tampak hati-hati saat bergerak.
3. Kecemasan
berkurang ditandai dengan :
a. Ekspresi
wajah mulai tenang.
b. Ibu
tidak bertanya-tanya lagi tentang kehamilannya.
c. Ibu
mulai mengerti dengan kondisinya.
4. Potensial
terjadi syok hipovolemik dapat
dicegah ditandai dengan :
a. Tidak
ada tanda-tanda syok hipovolemik seperti bibir pucat, nadi lemah dan cepat,
akral dingin, dan CRT > 2 detik.
b. Tanda-tanda
vital dalam batas normal.
TD :
110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7ºC
P :
20 x/menit
PENDOKUMENTASIAN
HASIL ASUHAN KEBIDANAN HARI I
TGL 26 SEPTEMBER 2014
Nomor register : 023078
Tanggal masuk RS : 26 September 2014, jam 07.15 WITA
Tanggal
pengkajian : 26 September 2014, jam
08.30 WITA
Nama
pengkaji : Wa Ode Fatmawati
A.
Data
Subjektif
1.
Identitas ibu/suami
Nama ibu/suami : Ny. “N”/ Tn. “I”
Umur : 29 tahun / 32 tahun
Nikah/lamanya : 1 kali / ± 2 tahun
Suku : Bugis / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMK / STM
Pekerjaan : IRT / tukang kayu
Alamat : Antang
2.
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang
kedua.
3.
HPHT tanggal 30 Juli 2014.
4.
Ibu mengatakan sering berkemih.
5.
Ibu mengatakan umur kehamilannya sudah 2
bulan.
6.
Ibu belum merasakan adanya pergerakkan
janin.
7.
Ibu mengatakan mengeluarkan flek-flek
darah dan jaringan dari jalan lahir dan perut bagian bawa terasa nyeri.
8.
Keluar darah sedikit-sedikit dirasakan
sejak usia kehamilan ± 7 minggu.
9.
Ibu mengatakan pernah mengalami abortus
1 kali.
10. Ibu
mengeluh nyeri pada abdomen bagian bawah.
11. Keluhan
nyeri yang dirasakan hilang timbul.
12. Keluhan
yang dirasakan mengganggu aktivitas ibu.
13. Nyeri
bertambah pada saat ibu banyak bergerak.
14. Ibu
mengatakan cemas dengan kehamilannya saat ini.
15. Ibu
mengatakan kehamilan ini direncanakan oleh ibu dan suami.
16. Ibu
ingin sekali memiliki anak dari kehamilannya sekarang.
17.
Hubungan ibu dengan keluarga dan petugas
baik.
B.
Data
Objektif
1.
Tampak linea alba maupun nigra.
2.
Tampak ada striae albican maupun livide.
3.
Tampak hyperpigmentasi pada areola.
4.
Uterus teraba keras.
5.
Portio teraba lunak.
6.
Tinggi fundus uteri 1 jari di atas simphysis.
7.
HTP tanggal 6 Oktober 2015.
8.
Tanggal pengkajian 26 September 2014.
9.
Ada pengeluaran darah dan stolsel
pervaginam.
10. Pada
pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
terlihat kantong kehamilan di luar uterus dan konsepsi pada tuba fallopi.
11. Nyeri
tekan pada daerah simphysis.
12. Ekpresi
wajah tampak meringis.
13. Ibu
tampak hati-hati saat bergerak.
14. Ekspresi
wajah tampak tegang.
15. Ibu
tampak cemas.
16. Konjungtiva
agak pucat.
17. Tanda-tanda
vital :
a. TD
: 110/70 mmHg
b. Nadi
: 80 x/menit
c. Suhu
: 36,7ºC
d.
Respirasi : 20 x/menit
C.
Assesment
GII
P0 AI umur 29 tahun gestasi 8 minggu 3 hari dengan kehamilan
ektopik terganggu dan masalah nyeri pada perut bagian bawah disertai kecemasan
dan potensial terjadi syok hipovolemik
D.
Planning
Tanggal 26 September 2014 jam 11.20 WITA
1.
Mengobservasi perdarahan pervaginam setiap 8 jam. Dan tampak ada
pengeluaran flek-flek darah pervaginam yang intermiten.
2.
Mengobservasi keadaan ibu dan vital sign setiap 8 jam. Ditemukan hasil
: keadaan umum baik, TD : 110/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36,7ºC, dan P :
20 x/menit.
3.
Mengkaji adanya tanda-tanda syok
hipovolemik. Tidak ditemukan adanya tanda-tanda syok hipovolemik seperti nadi
cepat dan lemah, akral dingin, dan CRT > 2 detik.
4.
Mencatat karakteristik nyeri. Nyeri
tekan pada uterus saat perabaan dan ibu mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah tembus ke belakang.
5.
Mengajarkan tekhnik relaksasi dan atau
nafas dalam. Ibu mau melakukan tekhnik relaksasi dan nafas dalam yang diajarkan
dengan mandiri.
6.
Menciptakan lingkungan dengan suasana
rilaks serta tenang dan berikan dukungan emosional kepada ibu. Kondisi ruangan
atau lingkungan tampak tenang dan ibu mulai kelihatan rilaks karena selalu
didampingi oleh suami dan keluarga.
7.
Memberitahu ibu tentang kondisi
kehamilannya. Ibu mengerti bahwa ia mengalami kehamilan ektopik terganggu dan
bersedia mengakhiri kehamilannya.
8.
Memberitahu ibu tentang rencana tindakan
pembedahan yang akan dilakukan. Ibu mengerti dan siap dengan segala risiko yang
dipilih.
9.
Menganjurkan pada ibu untuk bed rest total. Ibu mau mengikuti dan
tampak berbaring di atas tempat tidur dalam posisi terlentang.
10. Menganjurkan
pada ibu dan suami untuk mengungkapkan perasaan khawatir, kehilangan, dan
kesedihan yang dirasakan. Ibu tampak bersedih dan meneteskan air mata saat
bercerita tentang kehamilan pertamanya yang keguguran. Dan ingin sekali
memiliki anak dari kehamilan yang keduanya.
11. Penatalaksanaan
pemberian terapi cairan intravena. Tampak terpasang infus dengan cairan RL (Ringer Laktat) 28 tetes/menit.
12. Penatalaksanaan
terapi dokter spesialis obstetri dan ginekologi seperti pemberian obat analgetik,
antibiotik, dan anti perdarahan. Cefotaxime 1 gr IV, Ranitidin 50 mg (2 ml) IV,
Asam traneksamat 3 x 1 IV, dan Ketorolac 4 x 1 IV.
13. Menginformasikan
pada ibu tentang hasil pemeriksaannya. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
dan bersedia bekerja sama terhadap tindakan yang akan diberikan.
PENDOKUMENTASIAN
HASIL ASUHAN KEBIDANAN HARI II
TGL 27 SEPTEMBER 2014
A. Data
Subjektif
1.
Ibu belum merasakan adanya pergerakkan
janin.
2.
Ibu mengatakan mengeluarkan flek-flek
darah dan jaringan dari jalan lahir dan perut bagian bawa terasa nyeri.
3.
Keluar darah sedikit-sedikit dirasakan
sejak usia kehamilan ± 7 minggu.
4.
Ibu mengatakan pernah mengalami abortus
1 kali.
5.
Ibu mengeluh nyeri pada abdomen bagian
bawah.
6.
Keluhan nyeri yang dirasakan hilang
timbul.
7.
Keluhan yang dirasakan mengganggu
aktivitas ibu.
8.
Nyeri bertambah pada saat ibu banyak
bergerak.
9.
Ibu mengatakan sudah tidak cemas lagi
dengan kehamilannya saat ini.
10. Ibu
mengerti tentang kondisinya bahwa ia mengalami kehamilan ektopik terganggu dan
harus segera dioperasi.
11. Ibu
mengatakan kehamilan ini direncanakan oleh ibu dan suami.
12. Ibu
ingin sekali memiliki anak dari kehamilannya sekarang.
13.
Hubungan ibu dengan keluarga dan petugas
baik.
B. Data
Objektif
1.
Uterus teraba keras.
2.
Portio teraba lunak.
3.
Tinggi fundus uteri 1 jari di atas simphysis.
4.
Ada pengeluaran darah dan stolsel
pervaginam.
5.
Pada pemeriksaan Ultrasonografi (USG) terlihat kantong kehamilan di luar uterus dan
konsepsi pada tuba fallopi.
6.
Nyeri tekan pada daerah simphysis.
7.
Ekpresi wajah tampak meringis.
8.
Ibu tampak hati-hati saat bergerak.
9.
Ekspresi wajah tampak tegang.
10. Konjungtiva
agak pucat.
11. Tanda-tanda
vital :
a. TD
: 110/80 mmHg
b. Nadi
: 82 x/menit
c. Suhu
: 36ºC
d.
Respirasi : 22 x/menit
C. Assesment
Kehamilan
ektopik terganggu dan masalah nyeri pada perut bagian bawah disertai kecemasan
dan potensial terjadi syok hipovolemik.
D. Planning
Tanggal 27 September 2014 jam 09.15 WITA
1.
Mengobservasi perdarahan pervaginam setiap 8 jam. Dan tampak ada
pengeluaran flek-flek darah pervaginam yang intermiten.
2.
Mengobservasi keadaan ibu dan vital sign setiap 8 jam. Ditemukan hasil
: keadaan umum baik, TD : 110/80 mmHg, Nadi : 82 x/menit, Suhu : 36ºC, dan P :
22 x/menit.
3.
Mengkaji adanya tanda-tanda syok
hipovolemik. Tidak ditemukan adanya tanda-tanda syok hipovolemik seperti nadi
cepat dan lemah, akral dingin, dan CRT > 2 detik.
4.
Mencatat karakteristik nyeri. Nyeri
tekan pada uterus saat perabaan dan ibu mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah tembus ke belakang.
5.
Mengajarkan tekhnik relaksasi dan atau
nafas dalam. Ibu mau melakukan tekhnik relaksasi dan nafas dalam yang diajarkan
dengan mandiri.
6.
Menciptakan lingkungan dengan suasana
rilaks serta tenang dan berikan dukungan emosional kepada ibu. Kondisi ruangan
atau lingkungan tampak tenang dan ibu mulai kelihatan rilaks karena selalu
didampingi oleh suami dan keluarga.
7.
Memberitahu ibu tentang kondisi
kehamilannya. Ibu mengerti bahwa ia mengalami kehamilan ektopik terganggu dan
bersedia mengakhiri kehamilannya.
8.
Memberitahu ibu tentang rencana tindakan
pembedahan yang akan dilakukan. Ibu mengerti dan siap dengan segala risiko yang
dipilih.
9.
Menganjurkan pada ibu untuk bed rest total. Ibu mau mengikuti dan
tampak berbaring di atas tempat tidur dalam posisi terlentang.
10. Menganjurkan
pada ibu dan suami untuk mengungkapkan perasaan khawatir, kehilangan, dan kesedihan
yang dirasakan. Ibu tampak bersedih dan meneteskan air mata saat bercerita
tentang kehamilan pertamanya yang keguguran. Dan ingin sekali memiliki anak
dari kehamilan yang keduanya.
11. Penatalaksanaan
pemberian terapi cairan intravena. Tampak terpasang infus dengan cairan RL (Ringer Laktat) 28 tetes/menit.
12. Penatalaksanaan
terapi dokter spesialis obstetri dan ginekologi seperti pemberian obat
analgetik, antibiotik, dan anti perdarahan. Cefotaxime 1 gr IV, Ranitidin 50 mg
(2 ml) IV, Asam traneksamat 3 x 1 IV,
dan Ketorolac 4 x 1 IV.
13. Menginformasikan
pada ibu tentang hasil pemeriksaannya. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
dan bersedia bekerja sama terhadap tindakan yang akan diberikan.
14. Operasi
akan dilaksanakan tanggal 27 September 2014 jam 11.50 WITA dengan indikasi Ruptur Tuba Pors Ampularis, nama atau
jenis operasi : Salpingektomi, jenis
anastesi : SAB, spesialis bedah : dr. Nursanty A.P, SpOG.
No comments:
Post a Comment