/*CB Top Menu*/ #top{margin:auto;padding: 0;width: 100%;background:#eeeded;border-bottom:1px solid #ddd;} #top-wrap{margin:auto;padding: 0;width: 1110px;background:#eeeded;} #navwrap {margin: 0px auto; width:560px; float:left;background:#080705;} .topnav ul {list-style:none;margin:0;padding:0px; float:left;} .topnav li {float:left;margin:0;text-align:center;} .topnav li a {font-family: arial; font-weight:bold; font-size:11px;display:block;padding:10px 10px;color:#222;text-decoration:none; text-transform:uppercase;} .topnav li a {background:none; } .topnav li a:hover, li a:focus, li a:active {text-decoration:none; background:#ffffff; color:#000000;} #navbar-iframe {display: none !important;}

Sunday, November 1, 2015

SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA



ABSTRAK
Arny. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kejadian Depresi pada Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Pampang Kota Makassar (dibimbing oleh Simunati dan M. Askar)
Depresi adalah bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kejadian depresi pada lanjut usia Desain penelitian yang digunakan adalah desain kuantitatif noneksperimen dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini berjumlah 997 orang dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 15 orang (37,5%) lansia tidak  mengalami depresi, 13 orang (32,5%) depresi ringan dan 12 orang (30%) depresi berat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kejadaian depresi pada lanjut usia. Hal itu dibuktikan dengan adanya hubungan atau korelasi yang kuat antara dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi dengan kejadia depresi pada lanjut usia setelah uji statistik. Saran bagi keluarga dan masyarakat khususnya anggota keluarga yang tinggal bersama dengan lanjut usia agar lebih memperhatikan kebutuhan yang diperlukan lanjut usia dan memahami hal-hal yang menyebabkan depresi pada lanjut usia.

Kata Kunci :   Kejadian Depresi, Dukungan Emosional, Dukungan Penghargaan,
Dukungan Instrumental, Dukungan Informasi







BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pelayanan kesehatan mengakibatkan meningkatnya umur harapan hidup manusia (life expectancy). Akibatnya jumlah orang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat dengan cepat. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, baik bagi individu lansia itu sendiri, keluarga, masyarakat maupun pemerintah (Azizah, 2011).
Saat ini, di seluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia diperkirakan 1.000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi “Ledakan Penduduk Lanjut Usia” (Padila, 2013).
Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas semakin meningkat. Berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kedeputian I Bidang Kesejahteraan Sosial tahun 2008, jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 1990 kurang lebih sebesar 6,29%, selanjutnya pada tahun 2000 sebesar 7,18% dan pada tahun 2006 sebesar 8,9%. Persentase penduduk lansia tahun 2008, 2009 dan 2012 telah mencapai di atas 7% dari keseluruhan penduduk (Pusat Data & Informasi Kementrian Kesehatan, 2013).
Jika dilihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi di Indonesia, persentase penduduk lansia di atas 10% sekaligus paling tinggi ada di Provinsi DI Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%), Jawa Tengah (10,34%), Bali (9,78%), Sulawesi Utara (8,45%), dan Sulawesi Selatan (8,34%) (Pusat Data & Informasi Kementrian Kesehatan, 2013).
Jumlah lanjut usia di Kota Makassar hingga tahun 2013 yaitu 28. 788 jiwa untuk lansia yang berusia 60-64 tahun. Dan 45. 955 jiwa untuk lansia yang berusia 65 tahun ke atas (Profil Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2013).
Manusia yang muda menjadi tua merupakan proses penuaan secara alamiah yang tidak bisa kita hindari dan merupakan hukum alam. Akibat dari proses tersebut menimbulkan beberapa perubahan, meliputi perubahan fisik, mental, spiritual, psikososial, dan adaptasi terhadap stres mulai menurun. Menurut Maramis (1995), pada lanjut usia permasalahan yang menarik adalah kurangnya kemampuan dalam beradaptasi secara psikologis terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Penurunan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan stres lingkungan sering menyebabkan gangguan psikososial pada lansia. Masalah kesehatan jiwa yang sering muncul pada lansia adalah gangguan proses pikir, demensia, gangguan perasaan seperti depresi, harga diri rendah, gangguan fisik dan gangguan perilaku (Azizah, 2011).
Depresi merupakan penyakit serius yang diderita jutaan orang dengan berbagai macam gejala. Menurut data Badan Kesehatan Dunia, saat ini sekitar 5-10% orang di dunia mengalami depresi. Penelitian yang dilakukan Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa menunjukkan, sebagian besar masyarakat Indonesia mengidap depresi tingkat yang ringan sampai berat. Hasil penelitian dokter kesehatan jiwa menunjukkan 94% masyarakat saat ini mengidap depresi. Depresi dapat mengenai seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan status sosial, ekonomi, dan pendidikan. Bahkan menurut World Health Organization (WHO), depresi adalah masalah yang serius karena merupakan urutan keempat penyakit dunia. Sekitar 20% wanita dan 12% pria, pada suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi (Rezki, 2014).
Depresi pada lanjut usia terus menjadi masalah kesehatan mental yang serius meskipun pemahaman kita tentang penyebab depresi dan perkembangan pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejala depresi ini sering berhubungan dengan penyesuaian yang terhambat terhadap kehilangan dalam hidup dan stressor. Stressor pencetus seperti pensiun yang terpaksa, kematian pasangan, kemunduran kemampuan atau kekuatan fisik dan kemunduran kesehatan serta penyakit fisik, kedudukan sosial, keuangan, penghasilan, dan rumah tinggal sehingga mempengaruhi rasa aman lansia dan menyebabkan depresi (Friedman, 1998 dalam Azizah 2011).
Di Indonesia prevalensi depresi pada lansia tinggi sekali, sekitar 12-36% lansia yang menjalani rawat jalan mengalami depresi. Angka ini meningkat menjadi 30-50% pada lansia dengan penyakit kronis dan perawatan lama yang mengalami depresi (Mangoenprasodjo, 2004). Menurut Kaplan et all (1997), kira-kira 25% komunitas lanjut usia dan pasien rumah perawatan ditemukan adanya gejala depresi pada lansia. Depresi menyerang 10-15% lansia 65 tahun keatas yang tinggal di keluarga dan angka depresi meningkat secara drastis pada lansia yang tinggal di institusi, dengan sekitar 50-75% penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan  sampai sedang (Stanley & Beare, 2007 dalam Azizah 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan tahun 2013, Provinsi Sulawesi Selatan menempati urutan kelima sebagai provinsi dengan jumlah atau persentase lansia tertinggi di Indonesia yaitu sebanyak 8,34%. Dari jumlah tersebut 3% diantaranya menderita suatu penyakit seperti penyakit degeneratif, penyakit sitemik, penyakit infeksi, penyakit kronik, dan gangguan psikososial. Gangguan psikososial yang sering dialami oleh lansia adalah depresi. Jumlah penderita depresi pada lansia pada tahun 2012-2013 di Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 1,23% dari 8,34% jumlah penduduk lansia (Pusat Data & Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Khusus di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2013 dperkirakan jumlah penderita depresi pada lansia terus meningkat sekitar 1-3% setiap tahun. Mengingat usia harapan hidup yang juga semakin meningkat. Sekitar 25% lansia tinggal di institusi atau panti sosial dan 75% lansia tinggal di komunitas atau bersama keluarga. Depresi pada lansia lebih sering terjadi pada lansia yang tinggal di intitusi dibandingkan dengan lansia yang tinggal di komunitas atau bersama keluarga (Profil Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2013).
Keluarga sebagai sumber alamiah dukungan sosial dapat memberikan empat bentuk dukungan bagi lansia yaitu dukungan emosional, instrumental, informasional, dan penghargaan (Friedman, 1998; Langford et all dalam Johnston, Brosi, Hermann & Jaco, 2011). Dukungan emosional dapat diberikan keluarga dalam bentuk perhatian, empati, sikap memahami dan memberikan kasih sayang kepada lansia (Weiss dalam Kuntjoro, 2002). Dukungan instrumental merupakan dukungan yang diberikan secara langsung dapat berupa materi atau fasilitas yang menunjang kualitas hidup lansia. Dukungan informasional dapat ditujukkan dengan memberikan informasi, nasihat ataupun saran pada lansia baik mengenai masalah kesehatan maupun  masalah kesehatan lain yang mengganggu kualitas hidup lansia. Dukungan penilaian (appraisal) dapat diberikan dalam bentuk penilaian positif terhadap lansia, penguatan, atau pembenaran melakukan sesuatu (Yusselda, 2013).
Segala bentuk dukungan keluarga yang diberikan kepada lansia secara signifikan mempengaruhi fungsi psikososial lansia, karena dengan adanya dukungan anggota keluarga dapat mempengaruhi kemampuan lansia untuk koping dan stres yang dialami lansia. Penelitian menemukan secara konsisten menemukan bahwa adanya dukungan keluarga dapat melindungi lansia dari efek stres yang berbahaya, serta dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional lansia (Jang et al. dalam Miller, 2004). Sebuah studi di Hongkong oleh Wan pada tahun 1997 menemukan tiga faktor mempengaruhi kualitas hidup lansia, yaitu kesehatan yang baik, pendapatan, serta dukungan sosial (Chu, 2008). Penelitian lebih jauh pada lansia di Brazil menemukan bahwa status, kesehatan, keterlibatan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga, dan kondisi ekonomi merupakan determinan kualitas hidup pada lansia (Manabung, 2009).
Berdasarkan survey awal peneliti yang dilaksanakan pada tanggal 3 November 2014 bahwa jumlah lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Pampang yang berusia > 60 tahun adalah sebanyak 2501 jiwa. Data tersebut diperoleh dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu kesehatan lanjut usia Puskesmas Pampang. Berdasarkan keterangan programmer kesehatan lanjut usia Puskesmas Pampang, bahwa sebanyak 12 orang lanjut usia yang tinggal sendiri dan sisanya 2.489 orang lanjut usia tinggal bersama anggota keluarganya (SP2TP Puskesmas Pampang, 2014).
Jumlah penderita depresi yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas Pampang hingga Oktober 2014 adalah sebanyak 65 orang dan sepertiganya atau sebanyak 21 orang merupakan lanjut usia dengan tingkat depresi sedang sampai berat. Dan terdapat 11 orang penderita depresi usia > 60 tahun (SP2TP Puskesmas Pampang, 2014).
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kejadian Depresi pada Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Pampang Kecamatan Panakukkang Kota Makassar”.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang, memberi dasar bagi penulis untuk merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kejadian depresi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Pampang ?”.




C.      Tujuan Penelitian
1.         Tujuan umum
Diketahuinya hubungan yang signifikan antara dukungan  keluarga dengan kejadian depresi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Pampang.
2.         Tujuan khusus
a.         Diketahuinya hubungan yang signifikan antara dukungan emosional dengan kejadian depresi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Pampang.
b.        Diketahuinya hubungan yang signifikan antara dukungan penghargaan dengan kejadian depresi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Pampang.
c.         Diketahuinya hubungan yang signifikan antara dukungan instrumental dengan kejadian depresi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Pampang.
d.        Diketahuinya hubungan yang signifikan antara dukungan informasional dengan kejadian depresi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Pampang.
D.      Manfaat Penelitian
1.         Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu keperawatan jiwa dan dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau acuan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan hubungan dukungan keluarga dengan kejadian depresi pada lanjut usia.

2.         Bagi perawat
Sebagai upaya pengembangan keilmuan keperawatan jiwa, sehingga mampu mengkaji hubungan dukungan keluarga dengan kejadian depresi pada lanjut usia dan melakukan upaya pencegahan depresi pada lanjut usia sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan ilmu dan kiat keperawatan demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat khususnya lansia yang optimal.
3.         Bagi peneliti
Menambah wawasan peneliti tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian depresi pada lanjut usia, sehingga dapat memberikan penanganan yang optimal dan memberikan sumbangan pemikiran mengenai gangguan depresi yang terjadi pada lanjut usia.
4.         Bagi keluarga dan lanjut usia
Dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya dukungan keluarga agar dapat mencegah terjadinya depresi pada lanjut usia.

Ingin mendapatkan selengkapnya hubungi : mukminsaid@gmail.com atau tinggalkan pesan anda.

No comments:

Post a Comment