ABSTRAK
Mukmin. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keteraturan Berobat pada
Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Pampang Kota Makassar (dibimbing
oleh Darwis dan Musdalifah Hanis).
Penyakit tuberkulosis paru
(TB paru) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan keteraturan berobat pada
penderita TB paru. Desain
penelitian yang digunakan adalah desain kuantitatif noneksperimen dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Populasi pada penelitian
ini berjumlah 61 orang dengan jumlah sampel sebanyak 38 orang. Hasil dari
penelitian ini adalah terdapat 7 orang (18,41%) penderita TB paru yang tidak
teratur berobat dan 31 orang (81,57%) teratur dalam menjalani pengobatan.
Responden dengan dukungan emosional tinggi sebanyak 29 orang (76,31%)
dan rendah sebanyak 9 orang (23,68%). Responden dengan dukungan penghargaan
tinggi sebanyak 30 orang (78,94%) dan rendah sebanyak 8 orang (21,05%). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji chi-square dengan tingkat
kemaknaan α = 0,05. Kesimpulan
dari penelitian ini bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan
emosional dan dukungan penghargaan dengan keteraturan berobat pada penderita TB
paru. Dan tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan instrumental dan
informasi dengan keteraturan berobat pada penderita TB paru. Saran bagi
keluarga dan masyarakat khususnya anggota keluarga yang tinggal bersama dengan
penderita TB paru agar lebih memperhatikan kebutuhan yang diperlukan penderita
dengan memberikan dukungan dan motivasi serta pengawasan agar tetap konsisten
dalam menjalani pengobatan.
Kata
Kunci : Keteraturan Berobat, Dukungan
Emosional, Dukungan Penghargaan,
Dukungan
Instrumental, Dukungan Informasi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus. Pengendalian penurunan
TB Paru menjadi salah satu target dalam pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) yang menjadi salah satu
prioritas utama bangsa Indonesia untuk
mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. TB Paru masuk
pada poin 6 MDGs setelah penyakit HIV/AIDS dan Malaria. Target yang ingin
dicapai adalah mengurangi separuh prevalensi TB dan kematian akibat TB pada
tahun 2015 (Widyanto & Triwibowo, 2013).
Penyakit Tuberkulosis paru telah dikenal lebih dari satu abad
yang lalu, yakni sejak ditemukannya kuman penyebab Tuberkulosis oleh Robert
Koch tahun 1882, namun sampai saat ini penyakit Tuberkulosis (TB) masih tetap
menjadi problema kesehatan di seluruh dunia dan sebagai penyebab kematian utama
yang diakibatkan oleh penyakit infeksi. Pada April 1993 World Health Organization (WHO) menyatakan TB sebagai suatu
problema kesehatan masyarakat yang sangat penting dan serius di seluruh dunia
serta merupakan penyakit yang menyebabkan kedaruratan global (Global Emergency), karena satu dari 3
penduduk dunia diperkirakan telah terinfeksi dengan Mycobacterium tuberkulosis (disebut juga Basil Tahan Asam = BTA)
sebagai kuman penyebab TB yang dibuktikan dengan pemeriksaan Mantoux tes 2. Sekitar 95% penderita TB
terdapat di negara sedang berkembang dengan sosioekonomi rendah termasuk
Indonesia dan 75% dari penderita TB tersebut terjadi pada usia produktif.
Setiap tahun terdapat sekitar 4 juta penderita baru TB paru menular di dunia.
Menurut WHO diperkirakan pada tahun 2000 terdapat 8,74 juta penderita baru TB
dan akan menjadi 10,2 juta penderita baru TB pada tahun 2005. Di kawasan Asia
Tenggara diduga terjadi lebih dari 3,5 juta penderita baru TB dan lebih dari
1,3 juta kematian akibat penyakit ini, dan diperkirakan pada tahun 2005
terdapat 3 juta penderita baru TB (Hutapea, 2009).
Secara global, tahun 2000 tercatat sebanyak 8,3 juta orang
menderita TB Paru. Data tahun 2006 menunjukan sebanyak 9,24 juta orang
menderita TB Paru. Pada tahun 2008 terdapat sebanyak 9,4 juta penderita baru TB
Paru dari sebelumnya berjumlah 9,27 juta pada akhir tahun 2007. Data-data
tersebut menunjukan bahwa angka kejadian TB Paru semakin meningkat setiap
tahunnya (Widyanto & Triwibowo, 2013).
WHO dalam global
tuberculosis control tahun 2009 pernah merilis bahwa Indonesia pernah
menempati urutan ketiga sebagai Negara dengan jumlah kasus TB Paru terbanyak
setelah India dan Cina sampai akhir periode 2007. Berdasarkan hasil Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2010, TB paru merupakan pembunuh nomor satu
diantara penyakit menular dan merupakan peringkat tiga dalam daftar sepuluh penyakit
pembunuh tertinggi di Indonesia yang menyebabkan sebesar 88.000 kematian setiap
tahunnya. Dinegara-negara berkembang kematian penderita penyakit TB paru
merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Laporan WHO
pada tahun 2010, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan
jumlah penderita TB paru sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah
terbesar pada tahun 2010 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan
Indonesia (Kompas, 2011).
Penderita TB paru yang tercatat di Provinsi Sulawesi Selatan
pada tahun 20011 sebanyak 4.626 suspek (penemuan kasus baru sebanyak 2.167
orang dan kasus lama sebanyak 17 orang), dengan angka kesembuhan sebesar 61,5%.
Bila dilihat menurut tempatnya, jumlah suspek terbanyak ditemukan di Kota
Makassar (16,48%), Gowa (4,79%), Wajo (3,94%), Takalar (3,38%) dan Soppeng
(2,34%) (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan).
Khusus di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperoleh dari
Bidang Bina Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Makassar, angka penemuan penderita baru TB Paru BTA (+) tahun 2013 sebanyak
72,44 % (ditemukan 1.811 penderita dari sebanyak 2.500 sasaran), jumlah ini
meningkat dari tahun 2012 dengan jumlah penderita sebanyak 1.324 dari 1.641
sasaran. Jika dibandingkan target 2013 sebesar 70% maka tingkat capaian
melebihi target dengan persentase capaian 72,44%. Proses penemuan penyakit TB
dilakukan oleh pengelolah TB masing-masing Puskesmas melalui
pelacakan/pencarian kasus baru, pelacakan penderita mangkir dan pemeriksaan
kontak (Profil Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2013).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Pencegahan
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar, angka
penemuan penderita baru TB Paru BTA (+) tahun 2013 masih relatif tinggi
terutama pada 4 Puskesmas berikut : Puskesmas Kaluku Bodoa sebanyak 61 kasus baru dengan jumlah seluruh kasus
sebanyak 97 orang, Puskesmas Kassi-Kassi sebanyak 56 kasus baru dengan jumlah
seluruh kasus 108 orang, Puskesmas Tamalate sebanyak 38 kasus baru dengan
jumlah seluruh kasus sebanyak 81 orang , dan Puskesmas Pampang sebanyak 35
kasus baru dengan jumlah seluruh kasus sebanyak 63 orang (Profil Dinas
Kesehatan Kota Makassar, 2013).
Target penurunan angka kesakitan dan kematian
akibat TB paru dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah) 2010-2014
adalah 235 jumlah kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2010 menjadi 224 kasus
di tahun 2014, 73% jumlah kasus baru TB paru yang ditemukan pada tahun 2010
menjadi 90% di tahun 2014, dan 85% jumlah kasus baru TB paru (BTA positif) yang
berhasil disembuhkan pada tahun 2010 menjadi 88% di tahun 2014 (Stranas
Pengendalian TB Paru, 2010-2014).
Berdasarkan target pencapaian tersebut,
diharapkan jumlah kasus TB paru dapat
menurun, persentase kasus baru yang ditemukan meningkat, dan persentase
keberhasilan pengobatan TB paru (BTA positif) juga meningkat di seluruh daerah
di Indonesia. Puskesmas sebagai pusat pelayanan primer kesehatan masyarakat
diharapkan dapat mewujudkan target pencapaian RPJMN tersebut dengan terus
melakukan upaya agar dapat mengendalikan prevalensi TB paru dan meningkatkan
keberhasilan dalam pengobatan TB paru (BTA positif) tanpa ada penderita yang
gagal sembuh, meninggal ataupun DO (Drop
Out).
Puskesmas Pampang merupakan salah satu Puskesmas
dengan angka penderita TB Paru tertinggi keempat di Kota Makassar. Jumlah
seluruh kasus TB paru di Puskesmas Pampang tercatat pada bulan Januari sampai
dengan Juni 2014 adalah sebanyak 115 orang dinyatakan sebagai suspek TB
Paru. Dan 61 orang dinyatakan sebagai
pasien TB paru yang berobat jalan di Puskesmas Pampang hingga bulan Oktober.
Jumlah penderita yang masih melakukan pengobatan hingga bulan Desember sebanyak
34 orang, penderita sembuh sebanyak 14 orang, penderita yang gagal sembuh
sebanyak 6 orang, tidak ada pasien yang meninggal dunia atau pun pindah, dan
penderita yang mengalami drop out
(DO) sebanyak 7 orang (Catatan Program TB paru Puskesmas Pampang, Januari-Juni
2014).
Salah satu faktor penting yang dapat berkontribusi dalam
pengobatan TB paru yaitu dukungan dari keluarga kepada penderita. Dukungan
keluarga sangat menunjang dengan cara selalu mengingatkan penderita agar minum
obat, pengertian yang dalam terhadap penderita yang sedang sakit, dan memberi
semangat agar tetap rajin berobat diharapkan dapat menunjang keberhasilan
pengobatan TB paru. Dukungan keluarga diperlukan untuk mendorong penderita TB
paru dengan menunjukkan kepedulian dan simpati, dan merawat penderita. Dukungan
keluarga yang melibatkan keprihatinan emosional, bantuan dan penegasan, akan
membuat penderita TB paru tidak kesepian dalam menghadapi situasi serta
dukungan keluarga dapat memberdayakan penderita TB paru selama masa pengobatan
dengan mendukung terus menerus, seperti mengingatkan penderita untuk mengambil
obat-obatan dan menjadi peka terhadap penderita TB paru jika mereka mengalami
efek samping dari obat TB. Oleh karena itu, lemahnya dukungan keluarga dapat
menjadi salah satu faktor penyebab ketidakteraturan penderita TB paru dalam
melakukan pengobatan (Septia Asra, 2013).
Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang
tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
“Hubungan dukungan keluarga dengan keteraturan berobat pada penderita TB Paru
di wilayah kerja Puskesmas Pampang ?”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang, maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan
yang signifikan antara dukungan keluarga dengan keteraturan berobat pada
penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pampang?”
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum
Diketahuinya hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga
dengan keteraturan berobat pada penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas
Pampang.
2.
Tujuan khusus
a.
Diketahuinya hubungan
yang signifikan antara dukungan emosional dengan keteraturan berobat pada penderita
TB Paru.
b.
Diketahuinya hubungan
yang signifikan antara dukungan penghargaan dengan keteraturan berobat pada
penderita TB Paru.
c.
Diketahuinya hubungan
yang signifikan antara dukungan instrumental dengan keteraturan berobat pada
penderita TB Paru.
d.
Diketahuinya hubungan
yang signifikan antara dukungan informasional dengan keteraturan berobat pada
penderita TB Paru.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu keperawatan
komunitas dan dapat digunakan sebagai referensi atau acuan penelitian lanjutan
yang berkaitan dengan hubungan dukungan keluarga dengan keteraturan berobat
pada penderita TB Paru.
2.
Bagi keperawatan
Sebagai upaya pengembangan keilmuan keperawatan komunitas,
sehingga mampu mengkaji hubungan dukungan keluarga dengan keteraturan berobat
pada penderita TB Paru dan melakukan upaya pencegahan agar tidak terjadi
ketidakteraturan dan drop out dalam berobat sehingga dapat dijadikan sebagai
dasar dalam pengembangan ilmu dan kiat keperawatan demi tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
3.
Bagi peneliti
Menambah wawasan peneliti
tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan keteraturan berobat pada
penderita TB Paru sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk dijadikan
sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
4.
Bagi keluarga
Dapat memberikan pengetahuan
dan pemahaman keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga agar tetap
memberikan dukungan dan motivasi kepada penderita TB Paru untuk tetap patuh dan
teratur dalam berobat demi tercapainya kesembuhan yang optimal.
Ingin mendapatkan lengkapnya hubungi : mukminsaid@gmail.com
atau tinggalkan pesan anda.
No comments:
Post a Comment